Jumat, 13 Februari 2015

BKM Sempulang Gelar Studi banding

*in korankaltim.com|PPU Paser|11 Februari 2015
TANA PASER – Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Sejahtera Desa Sempulang, Kecamatan Tanah Grogot, Selasa (10/2), berkesempatan melakukan studi banding ke lahan pertanian terpadu PT Kideco Jaya Agung (KJA).
Sukayat selaku Ketua BKM Desa Sempulang terlihat terkagum-kagum menyaksikan lahan pertanian yang tertata dengan apik, layaknya lokasi obyek wisata.
“Kan petani biasanya menggarap lahan yang rata, dan menghindari lahan yang tidak rata. Namun, di sini lahan yang tidak rata dapat dimanfaatkan, dan ditata sedemikian rupa, sehingga menyerupai taman hiburan dan subur-subur tanamannya,” kata Sukayat usai berkeliling lahan pertanian terpadu PT KJA.
Dengan dipandu langsung Manager CSR (Corporate Social Responsibility) PT KJA Suriyanto, Sukayat bersama 11 rekannya ini melihat-lihat lahan pertanian terpadu PT KJA. Sesampainya di titik akhir tour, rombongan disambut pula oleh H Abu Sain yang juga selaku Manager CSR Kideco.
Saat berkeliling, Suriyanto menjelaskan kepada rombongan BKM Desa Sempulang, bahwa areal pertanian terpadu PT KJA luasnya sekitar 6,5 hektar. Dan telah dikembangkan sejak 2011. “Dari awal, luasan lahan pertanian ini tidak bertambah ataupun berkurang,” sebutnya.
Sesuai tujuan awal pengembangan pertanian terpadu ini, lanjut Dia, pihaknya berharap dapat merubah kebiasaan dan pola pikir kebanyakan orang yang keliru. “Banyak yang bilang kebun sawit itu menguntungkan, tapi itu untuk yang lahannya di atas 4 hektar, kalau cuma 1 atau 2 hekter tidak bisa diharapkan,” ucapnya.
Menurut Dia, pihaknya telah membuktikan hal itu. Dengan cara membagi 6,5 hektar tersebut untuk ditanami berbagai macam varietas. Seperti, Sawit, Karet, buah-buahan, sayur-sayuran, budidaya ikan dan ternak sapi, bebek, ayam dan lain-lain. Hanya saja, Sawit yang telah ditanam sejak 2011 lalu itu baru menghasilkan buah pasir. Sedangkan sayur-sayuran dan buah-buahan sudah berkali-kali dipanen.
“Bapak dan ibu sudah melihat sendiri, selama empat tahun ditunggu sawitnya masih berbuah pasir. Bayangkan saja, kalau uang kita diinvestasikan pada kebun sawit, dimana perlu biaya penanaman, biaya perawatan selama 5 tahun, jadi balik modalnya bisa kita perkirakan tahun ke-11, dan ini belum termasuk biaya pemupukan rutin,” jelasnya. (sur)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar