in
Koran Kaltim, PPU Paser 6
Februari 2015
TANA
PASER – Kabupaten Paser segera menjajaki kemungkinan menerapkan
system pendidikan yang disebut Sistem Kelas Tuntas Berkelanjutan (SKTB). SKTB
merupakan proses pembelajaran yang mengembangkan potensi peserta didik untuk
mencapai kualitas kemampuan/kompetensi yang dipersyaratkan kurikulum. Artinya,
SKTB adalah pelayanan pendidikan berkualitas dan komprehensif kepada peserta didik.
SKTB memposisikan peserta
didik sebagai subjek dalam proses memanusiakan manusia, sehingga mampu
mengembangkan potensi dirinya secara maksimal. Kemungkinan penerapan kebijakan
ini disampaikan Bappeda melalui Kepala Bidang Pemerintahan dan Kesra Muksin SS
MA saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (2/1).
Muksin mengatakan bahwa
sistem ini mulai diterapkan di Kabupaten Gowa provinsi Sulawesi Selatan sejak
2012. “Ini merupakan salah satu rekomendasi dari hasil kajian kebijakan
pendidikan gratis Paser yang dilakukan oleh Universitas Negeri Makassar (UNM)
tahun 2014 lalu. Oleh karena itu kami wacanakan, semoga mendapat dukungan dari
semua pemangku kepentingan khususnya di bidang pendidikan,” katanya.
Secara operasional, ada
empat hal yang dapat menjadi peran dari SKTB itu. Seperti Tuntas mencapai suatu
mata pelajaran sesuai dengan persyaratan yang dinyatakan dalam Kompetensi Kelas
Minimal (KKM), Tuntas menyelesaikan pelajaran satu semester berdasarkan beban
sks yang dinyatakan dalam kurikulum, Tuntas mencapai kualitas suatu mata
pelajaran sesuai dengan persyaratan. Serta Tuntas menyelesaikan pembelajaran
seluruh mata pelajaran pada kelas yang diikuti.
“Sehingga, memberi
kesempatan kepada semua peserta didik untuk menguasai semua kompetensi yang
dinyatakan dalam standar kompetensi, dan kompetensi dasar. Serta dirumuskan
dalam nilai KKM,” ucapnya.
Dia berharap peluang untuk
memajukan pendidikan melalui SKTB ini mendapat respon positif dari pengambil
kebijakan lain, terutama Dinas Pendidikan dan DPRD. “Banyak yang mengatakan
bahwa SKTB ini tidak sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat, namun fakta
bahwa kebijakan ini berhasil di Gowa dan menjadi acuan daerah lain juga tidak
bisa dipungkiri,” kata Muksin.
Sementara itu, hasil kajian
UNM terhadap pendidikan gratis di Paser menunjukkan keberhasilan kebijakan ini
yang cukup signifikan. Ketua lembaga penelitian UNM Prof Basri Djafar
mengatakan bahwa Paser merupakan salah satu dari sedikit daerah yang menerapkan
kebijakan ini dan berhasil dijalankan selama hampir satu dekade.
“Ini adalah kebijakan
yang tidak populer, dari sisi finansial banyak ruginya. Tidak semua daerah mau
melakukan hal ini. Mereka akan memilih kebijakan lain yang lebih aman dan tidak
beresiko tinggi,” kata Prof Basri dalam laporannya. (sur)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar