Senin, 01 Desember 2014

Kolaborasi Seni, Tutup Pomekite’ 2014


TANA PASER – Kebudayaan itu mempersatukan, sebuah kalimat yang seolah klise, bahkan dalam konteks kekinian menjadi kurang relevan. Seiring penguatan identitas suku di tengah arus demokratisasi, masyarakat justru kian rentan akan pengkotak-kotakan. Nilai gotong royong misalnya, menjadi sangat mahal.
Hal inilah yang memotivasi Panitia Pelaksana (Panpel) Pomekite’ Seni dan Budaya Taka 2014 untuk menampilkan ‘Colaboration Art’ (penggabungan) beberapa genre seni, sebagai puncak atau penutup dari kegiatan tersebut.
Gabungan seni tari, seni rupa, teater, dan narasi monolog tapi tetap satu kesatuan pagelaran. Aksi gotong royong para seniman Paser, seniman Jogjakarta dan seniman luar negeri ini mampu membuat penonton di Arena Promosi Taman Putri Petung terpukau.
Aksi kolaborasi dimulai dengan monolog Ketua Panpel Pomekite’2014 Suwanto. Dilanjutkan aksi teater pembacaan mantra-mantra, disusul kemunculan tiga penari yang menampilkan tarian daerah asal Jawa. Salah satu penarinya adalah Anouk Wilke dari Belanda, yang menyuguhkan tarian dengan luwesnya.
Tak hanya itu, dua orang pelukis naik ke atas panggung, dimana salah satunya adalah pelukis asal Chekoslowakia, Yit Kampak yang menunjukkan kebolehannya melukis langsung di atas panggung. Proses melukis yang ditunjukkan dengan memukul, mencakar dan menapak-napak dengan kayu sehingga terbentuklah lukisan yang apik dengan sarat nuansa merah.
Ketua Panpel Pomekite’2014 Suwanto menjelaskan, kolaborasi yang ditampilkan tidak jauh dari perjuangan-perjuangan untuk mengangkat seni dan budaya di Kabupaten Paser.
“Makanya, di puncak acara ini kami menghadirkan sebuah kolaborasi keanekaragaman seni dan budaya yang berada di Paser. Dengan makna, dalam memajukan seni dan budaya itu diawali dengan Do’a, walaupun penuh perjuangan sampai berdarah-darah tapi bisa menghasilkan sebuah karya seni yang indah dan sarat nilai budaya dengan penyatuan keanekaragaman beberapa seni,” katanya, Minggu (30/11).
Menurutnya, pertemuan dua manusia di muka bumi menjadi awal kelahiran budaya. Budaya adalah sebuah kekayaan, dan kekayaan berarti juga ada beragam-ragam jenis. 
“Kebudayaan itu mempersatukan, bukan mengkotak-kotakkan, jadi dalam acara ini juga terbukti persatuan budaya di Kabupaten Paser. Pasalnya, dalam kegiatan Pomikite ini panitianya terdiri dari berbagai macam suku dan berbagai kelompok, yang saling bahu- membahu untuk menyukseskan acara ini,” urainya.
Dan melalui kegiatan ini, lanjut Dia, diketahui Kabupaten Paser banyak memiliki kelompok-kelompok seni yang tersebar di setiap kecamatan. Dari Tiga Kecamatan saja jumlahnya ratusan. Padahal, data yang dipegang pihaknya sebelum kegiatan hanya sekitar 70 kelompok saja.

“Kecamatan Long Ikis saja ada 90 kelompok seni dan budaya, Kuaro 45 kelompok, sedangkan untuk Kecamatan Tanah Grogot aja, gelaran 3 malam dengan setiap malamnya ada 15 kelompok yang tampil, berarti ada sekitar 45 kelompok. Nah, sekitar 180 kelompok dari tiga kecamatan,” sebutnya . (sur)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar