TANA PASER – Kebudayaan itu mempersatukan, sebuah kalimat yang seolah klise, bahkan dalam konteks kekinian menjadi kurang relevan. Seiring penguatan identitas suku di tengah arus demokratisasi, masyarakat justru kian rentan akan pengkotak-kotakan. Nilai gotong royong misalnya, menjadi sangat mahal.
Hal inilah yang memotivasi
Panitia Pelaksana (Panpel) Pomekite’ Seni dan Budaya Taka 2014 untuk
menampilkan ‘Colaboration Art’ (penggabungan) beberapa genre seni, sebagai
puncak atau penutup dari kegiatan tersebut.
Gabungan seni tari, seni
rupa, teater, dan narasi monolog tapi tetap satu kesatuan pagelaran. Aksi
gotong royong para seniman Paser, seniman Jogjakarta dan seniman luar negeri
ini mampu membuat penonton di Arena Promosi Taman Putri Petung terpukau.
Aksi kolaborasi dimulai
dengan monolog Ketua Panpel Pomekite’2014 Suwanto. Dilanjutkan aksi teater
pembacaan mantra-mantra, disusul kemunculan tiga penari yang menampilkan tarian
daerah asal Jawa. Salah satu penarinya adalah Anouk Wilke dari Belanda, yang
menyuguhkan tarian dengan luwesnya.
Tak hanya itu, dua orang
pelukis naik ke atas panggung, dimana salah satunya adalah pelukis asal Chekoslowakia,
Yit Kampak yang menunjukkan kebolehannya melukis langsung di atas panggung.
Proses melukis yang ditunjukkan dengan memukul, mencakar dan menapak-napak
dengan kayu sehingga terbentuklah lukisan yang apik dengan sarat nuansa merah.
Ketua Panpel Pomekite’2014
Suwanto menjelaskan, kolaborasi yang ditampilkan tidak jauh dari
perjuangan-perjuangan untuk mengangkat seni dan budaya di Kabupaten Paser.
“Makanya, di puncak acara
ini kami menghadirkan sebuah kolaborasi keanekaragaman seni dan budaya yang
berada di Paser. Dengan makna, dalam memajukan seni dan budaya itu diawali
dengan Do’a, walaupun penuh perjuangan sampai berdarah-darah tapi bisa
menghasilkan sebuah karya seni yang indah dan sarat nilai budaya dengan
penyatuan keanekaragaman beberapa seni,” katanya, Minggu (30/11).
Menurutnya, pertemuan dua
manusia di muka bumi menjadi awal kelahiran budaya. Budaya adalah sebuah
kekayaan, dan kekayaan berarti juga ada beragam-ragam jenis.
“Kebudayaan itu
mempersatukan, bukan mengkotak-kotakkan, jadi dalam acara ini juga terbukti
persatuan budaya di Kabupaten Paser. Pasalnya, dalam kegiatan Pomikite ini
panitianya terdiri dari berbagai macam suku dan berbagai kelompok, yang saling
bahu- membahu untuk menyukseskan acara ini,” urainya.
Dan melalui kegiatan ini,
lanjut Dia, diketahui Kabupaten Paser banyak memiliki kelompok-kelompok seni
yang tersebar di setiap kecamatan. Dari Tiga Kecamatan saja jumlahnya ratusan.
Padahal, data yang dipegang pihaknya sebelum kegiatan hanya sekitar 70 kelompok
saja.
“Kecamatan Long Ikis
saja ada 90 kelompok seni dan budaya, Kuaro 45 kelompok, sedangkan untuk
Kecamatan Tanah Grogot aja, gelaran 3 malam dengan setiap malamnya ada 15
kelompok yang tampil, berarti ada sekitar 45 kelompok. Nah, sekitar 180
kelompok dari tiga kecamatan,” sebutnya . (sur)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar