TANA PASER – Kebudayaan itu mempersatukan, sebuah kalimat yang seolah klise, bahkan dalam konteks kekinian menjadi kurang relevan. Seiring penguatan identitas suku di tengah arus demokratisasi, masyarakat justru kian rentan akan pengkotak-kotakan. Nilai gotong royong misalnya, menjadi sangat mahal.
Hal inilah yang memotivasi
Panitia Pelaksana (Panpel) Pomekite’ Seni dan Budaya Taka 2014 untuk
menampilkan ‘Colaboration Art’ (penggabungan) beberapa genre seni, sebagai
puncak atau penutup dari kegiatan tersebut.
Gabungan seni tari, seni
rupa, teater, dan narasi monolog tapi tetap satu kesatuan pagelaran. Aksi
gotong royong para seniman Paser, seniman Jogjakarta dan seniman luar negeri
ini mampu membuat penonton di Arena Promosi Taman Putri Petung terpukau.
Ketua Panpel Pomekite’2014
Suwanto menjelaskan, kolaborasi yang ditampilkan tidak jauh dari
perjuangan-perjuangan untuk mengangkat seni dan budaya di Kabupaten Paser.
“Kebudayaan itu
mempersatukan, bukan mengkotak-kotakkan, jadi dalam acara ini juga terbukti
persatuan budaya di Kabupaten Paser. Pasalnya, dalam kegiatan Pomikite ini
panitianya terdiri dari berbagai macam suku dan berbagai kelompok, yang saling
bahu- membahu untuk menyukseskan acara ini,” urainya.
Dan melalui kegiatan ini,
lanjut Dia, diketahui Kabupaten Paser banyak memiliki kelompok-kelompok seni
yang tersebar di setiap kecamatan. Dari Tiga Kecamatan saja jumlahnya ratusan.
Padahal, data yang dipegang pihaknya sebelum kegiatan hanya sekitar 70 kelompok
saja.
“Kecamatan Long Ikis
saja ada 90 kelompok seni dan budaya, Kuaro 45 kelompok, sedangkan untuk
Kecamatan Tanah Grogot aja, gelaran 3 malam dengan setiap malamnya ada 15
kelompok yang tampil, berarti ada sekitar 45 kelompok. Nah, sekitar 180
kelompok dari tiga kecamatan,” sebutnya . (sur)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar