Meski bahagia punya junior,
para ayah baru dihantui pertanyaan-pertanyan kritis seputar peran barunya. Di bawah ini 10 pertanyaan paling populer!
1. Bayi kami telah lahir.
Mengapa perasaan saya kepadanya campur aduk. Hari ini senang, besok mati rasa?
Jawaban ahli : Itu wajar.
Bayi adalah anggota baru dalam keluarga Anda. Untuk menyayanginya, Anda harus
mengenalnya dengan baik, juga memiliki bonding yang kuat secara fisik
dengannya. Ikutlah merawat bayi. Semakin terlibat dalam pengasuhannya, semakin Anda
mengenalnya dengan baik. Lama-lama,
hanya ada perasaan cinta dan sayang kepadanya.
2. Melihat bayi kami yang
baru lahir, seharusnya saya bahagia.
Tetapi, saya malah depresi! Mengapa?
Jawaban ahli: Penelitian
James Paulson dari Eastern Virginia Medical School, AS, 2010, menyebutkan, 25%
ayah baru mengalami depresi sejak bayinya lahir sampai usia bayi 6 bulan. Ini
dianggap wajar, sebab anggota keluarga bertambah dengan hadirnya anak. Predikat
Anda berubah dari suami menjadi ayah, dengan konsekuensi peran dan tanggung
jawab yang kompleks. Depresi serupa juga dialami isteri Anda, disebut baby
blues. Sebagian besar penyebab baby blues adalah gejolak emosi akibat peran
baru. Depresi bisa bertambah parah jika ayah
lelah dan kurang istirahat. Bila dibiarkan berlarut-larut, depresi bisa
menghambat produktivitas dan menghalangi
terjalinnya ikatan emosi Anda dengan bayi.
Itu karena, depresi orangtua bisa dirasakan bayi sehingga dia merasa
tidak nyaman di dekat Anda. Berpikirlah secara positif, yakinkan diri, Anda
bisa melewati momen transisi ini.
3. Mengapa saya serba takut
merawat bayi? Mau memandikan, takut dia tenggelam. Mau menggendong, takut lehernya patah. Tolong!
Saran ahli: Anda perlu
belajar lagi teknik merawat bayi (menggendong, menyendawakan, mengganti popok,
memandikan, meninabobokan). Kalau perlu, belajarlah kepada ahlinya, seperti
perawat/bidan di rumah sakit. Di majalah atau buku juga banyak petunjuk step by
step merawat bayi untuk dipraktekkan. Selain itu, bangun rasa percaya diri,
perasaan tenang, dan positive thinking bahwa bayi akan baik-baik saja saat Anda
merawatnya. Bayi tidak serapuh yang Anda
kira. Dia tidak mudah tenggelam di bak mandi atau patah tulang saat digendong.
4. Bayi kami tidak
responsif. Digendong diam, diajak bercanda, diam. Bisanya menangis. Apakah dia
tidak menyukai saya?
Saran ahli: Tenang, yang
bisa dilakukan bayi baru memang hanya menangis. Menangis merupakan bentuk
komunikasi bayi terhadap orang di sekitarnya untuk menandakan dia lapar,
mengantuk, popoknya basah, bosan dan lain-lain, juga merupakan cara bayi
menunjukkan emosinya. Meski demikian, jangan diam saja saat bersama bayi. Tetap
berikan perhatian dan stimulasi. Di usia 8 minggu, senyum manis bayi untuk
Anda, akan terkembang!
5. Bisakah saya menjadi
ayah yang baik untuk anak saya?
Saran ahli: Di dunia ini,
tidak ada pria yang terlahir atau memiliki bakat untuk menjadi ayah yang baik.
Kompetensi menjadi orangtua terasah berkat proses learning by doing (belajar
sambil melakukan), try and error (mencoba dan salah) dan pembiasaan. Modalnya,
cinta, ketabahan dan kesabaran. Namun, miliki
teorinya, misalnya dengan membaca artikel seputar pengasuhan, tumbuh
kembang dan psikologi anak di Majalah Ayahbunda atau di buku. Selain itu, timbalah
ilmu dari pengalaman sesama ayah.
6. Kebutuhan finansial
meningkat. Bisakah saya menafkahi
keluarga agar sejahtera?
Saran ahli: Anda sanggup.
Yang diperlukan adalah merencanakan keuangan - dan menjalankannya dengan
disiplin - membuat skala prioritas
keuangan dan berhemat. Itu karena, berapa pun besarnya penghasilan, bila tidak
dikelola dengan baik, selalu tidak cukup. Tentang sakal prioritas, misalnya,
kalau dulu Anda rajin membeli barang-barang hobi, setelah ada bayi,
berhitunglah dulu, apakah kebutuhan bayi
sudah terpenuhi? Apakah ada dana untuk
investasi pendidikan? Selain itu, banyak cara untuk berhemat, misalnya,
menyusui eksklusif 6 bulan dilanjutkan hingga 2 tahun, menggunakan barang
lungsuran, mengurangi biaya gaya hidup, dan lain-lain. Melalui proses, Anda
akan beradaptasi dengan perubahan prioritas dan kebiasaan berhemat.
7. Perhatian isteri terpusat pada bayi. Apakah saya akan mendapat perhatiannya kembali?
Saran ahli: Pada
minggu-minggu pertama kelahiran bayi, isteri masih lelah, sakit, baby blues,
euforia, dan belajar menyusui. Wajar jika perhatiannya berkurang. Biasanya, setelah masa transisi reda,
dan dia mulai luwes menjadi ibu,
perhatiannya akan terbagi lagi kepada Anda.
Bila tidak, diskusikan dengan istri perasaan Anda, tetapi, jangan
menunjukkan sikap bersaing dengan bayi. Untuk mempercepat pemulihan isteri,
bantulah dia merawat bayi atau pekerjakan pengasah bayi. Usahakan saling menyediakan waktu bagi satu
sama lain, misalnya dengan pergi berdua, menanyakan kabarnya setelah seharian
berpisah, ngobrol di luar topik bayi,
dan lain-lain. Semuanya untuk mengingatkan isteri, selain bayi, masih ada Anda
dan kehidupan lain.
8. Dengan adanya bayi,
hidup saya berubah. Bisakah saya punya kehidupan seru seperti dulu?
Saran ahli: Hidup Anda
memang berubah, tetapi tidak hilang sama
sekali, lho! Anda masih bisa melakukan
aktivitas rutin, hanya saja, frekuensi dan intesitasnya berkurang. Misalnya, bila dulu dugem sampai
pukul 4 pagi, sekarang cukup sampai pukul 12 malam. Bila dulu setiap akhir
pekan menonton di bioskop, sekarang memutar DVD di rumah. Anda juga masih bisa
bergaul dengan teman-teman lama, tetapi
secara alamiah, ranah pergaulan akan bergeser, yaitu juga memiliki teman
sesama ayah - karena perasaan senasib dan kebutuhan yang sama. Dengan manajemen
waktu dan pembagian tugas dengan isteri dan pengasuh bayi, Anda masih bisa menjadi ayah “gaul” atau
aktif secara sosial.
9. Peristiwa buruk di
mana-mana. Saya cemas membayangkan bayi celaka.
Apakah ini normal?
Saran ahli: Sabiha
Siddiqui, dokter anak di Florida Hospital Orlando, AS, mengatakan, banyak ayah
khawatir terhadap keselamatan bayinya, mulai dari soal nafas bayi, tidur bayi,
makanan bayi, kesehatan bayi dan lain-lain. Menurutnya, jangan paranoid, karena
selain tidak produktif, juga bisa membuat Anda over protected terhadap bayi dan
itu tidak sehat Jika perlu, konfirmasikan kecemasan tersebut kepada ahlinya.
Misalnya, bila cemas terhadap endemi penyakit, kunjungi dokter anak untuk
mendapat saran pencegahan penyakit. Memastikan bayi mendapat ASI ekslusif, imunisasi lengkap dan berada di lingkungan
yang sehat dan aman, juga dapat mengurangi kekhawatiran Anda.
10. Sejak ada bayi, rumah seperti kapal pecah. Bisakah serapi
dulu?
Saran ahli: Kehadiran
bayi yang menghangatkan suasan rumah, rasanya tidak sebanding dengan sekedar
rumah yang rapi namun "dingin". Lagipula, masa-masa rumah berantakan
hanya sementara. Agar rumah tetap nyaman sesuai standar kebersihan dan kerapian
Anda, atur kembali ruangan-ruangan di rumah. Pisahkan area bayi dengan area
orang dewasa, sehingga area orang dewasa tetap rapi. (Net)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar