TANA
PASER – Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Ibnu Rusyd, H
Abdul Hamid mengatakan, sebelum berbicara dan mengkategorikan suatu daerah itu
miskin, hendaknya mengkaji terlebih dahulu apa arti dari miskin.
Hal ini terungkap dalam
Rapat Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah yang digelar Bappeda
Kabupaten Paser di Pendopo Seroja Rumah Dinas Bupati Paser, Selasa (14/10).
“Kita sekarang kan bebicara
tentang penanggulangan kemisikinan, untuk itu kita mesti memahami arti dari
kata miskin terlebih dahulu. Miskin itu sebenarnya berasal dari bahasa arab
yakni sakanah artinya diam atau tenang atau tidak bergerak. Jadi yang dimaksud dengan
orang miskin adalah orang yang tidak punya lagi gerak untuk melakukan sesuatu,”
katanya.
Menurutnya, jika individu
itu masih bisa bergerak dan berusaha, tidak bisa dikategorikan sebagai orang
miskin. Dalam rapat koordinasi penanggulangan kemiskinan daerah ini, lanjut
Hamid, diperlukan kajian terkait penyebab kenapa Individu tersebut tidak mau
berusaha. Sehingga dikategorikan sebagai orang miskin.
“Sekarang yang perlu kita
cari adalah penyebab kenapa dia tidak mau berusaha. Ini yang semestinya perlu
dikaji bersama. Dan jangan langsung ditentukan ini adalah daerah miskin ataupun
orang miskin,” ucapnya.
Seperti di Desa Petiku,
Kecamatan Longkali, tambahnya, zaman dulu sangat terkenal sebagai penghasil
ikan. Namun, saat ini sudah tidak bias disebut begitu. Karena produktifitasnya
yang menurun.
“Jikalau Petiku itu
dikategorikan daerah miskin, saya mempertanyakan kenapa bisa terjadi begitu?
Saat ini, Petiku itu memerlukan penyuluh perikanan untuk meningkatkan
pro-duktifitasnya,” ujarnya.
Diketahui, Hasil dari
Rapat Koordinasi ini, seluruh peserta menyepakati ada pertemuan lanjutan untuk
lebih mengkaji dan mencarikan solusi terhadap angka kemiskinan. Dan diperlukan
kesadaran bersama untuk menekan angka kemiskinan di Kabupaten Paser. (sur)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar