Rabu, 15 Oktober 2014

Paser Perlu Formula Tekan Kemiskinan

TANA PASER – Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Ibnu Rusyd, H Abdul Hamid mengatakan, sebelum berbicara dan mengkategorikan suatu daerah itu miskin, hendaknya mengkaji terlebih dahulu apa arti dari miskin.
Hal ini terungkap dalam Rapat Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah yang digelar Bappeda Kabupaten Paser di Pendopo Seroja Rumah Dinas Bupati Paser, Selasa (14/10).
“Kita sekarang kan bebicara tentang penanggulangan kemisikinan, untuk itu kita mesti memahami arti dari kata miskin terlebih dahulu. Miskin itu sebenarnya berasal dari bahasa arab yakni sakanah artinya diam atau tenang atau tidak bergerak. Jadi yang dimaksud dengan orang miskin adalah orang yang tidak punya lagi gerak untuk melakukan sesuatu,” katanya.
Menurutnya, jika individu itu masih bisa bergerak dan berusaha, tidak bisa dikategorikan sebagai orang miskin. Dalam rapat koordinasi penanggulangan kemiskinan daerah ini, lanjut Hamid, diperlukan kajian terkait penyebab kenapa Individu tersebut tidak mau berusaha. Sehingga dikategorikan sebagai orang miskin.
“Sekarang yang perlu kita cari adalah penyebab kenapa dia tidak mau berusaha. Ini yang semestinya perlu dikaji bersama. Dan jangan langsung ditentukan ini adalah daerah miskin ataupun orang miskin,” ucapnya.
Seperti di Desa Petiku, Kecamatan Longkali, tambahnya, zaman dulu sangat terkenal sebagai penghasil ikan. Namun, saat ini sudah tidak bias disebut begitu. Karena produktifitasnya yang menurun.
“Jikalau Petiku itu dikategorikan daerah miskin, saya mempertanyakan kenapa bisa terjadi begitu? Saat ini, Petiku itu memerlukan penyuluh perikanan untuk meningkatkan pro-duktifitasnya,” ujarnya.
Diketahui, Hasil dari Rapat Koordinasi ini, seluruh peserta menyepakati ada pertemuan lanjutan untuk lebih mengkaji dan mencarikan solusi terhadap angka kemiskinan. Dan diperlukan kesadaran bersama untuk menekan angka kemiskinan di Kabupaten Paser. (sur)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar